Menjadikan Hal yang Mustahil Menjadi Mungkin


Menjadikan Hal yang Mustahil Menjadi Mungkin



Setiap manusia pasti memiliki keinginan atau cita-cita yang hendak diraihnya, namun dalam mewujudkan hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. pasti banyak sekali rintangan dan hambatan bahkan banyak diantaranya yang menganggap hal itu musatahil untuk diraih.

Terkadang manusia menganggap hal yang sulit untuk didapatkannya sebagai hal yang mustahil, padahal itu bukan mustahil namun hanya tidak mudah untuk kita dapatkan. Seperti halnya pendidikan yang dianggap mustahil bagi masyarakat desa apalagi seorang perempuan dan putri dari orang biasa. Yaa, itu yang beberapa tahun saya alami saat hendak menapakkan kaki di perguruan tinggi, banyak sekali statmen dari masyarakat bahkan keluarga terdekat yang mengatakan untuk apa sekolah tinggi - tinggi akhirnya nanti jadi ibu rumah tangga juga, lebih baik menikah hidup mandiri dan tidak menyusahkan orang tua. Saat itu adalah saat yang sangat sulit menurut saya, karena ada suatu hal yang tak bisa saya jelaskan. Intinya saat itu mengharuskan saya untuk menetapkan sebuah pilihan yang akan membawa serta mempengaruhi masa depan, memilih antara keinginan (sebuah angan dan cita-cita) atau keharusan. Saya harus memilih antara diri saya sendiri atau keluarga.

Bayang-bayang ketakutan pun pasti ada dan mengeliat dalam kepala. Pada dasarnya Perempuan memang seperti itu, bukan hanya faktor lingkungan atau orang-orang terdekat namun juga faktor dari dalam diri sendiri yang menjadikan perempuan lebih takut dan sangat berhati-hati dalam menentukan sebuah pilihan. Takut apakah dengan keputusan yang di ambil nanti merugikan diri sendiri dan orang lain atau tidak.

Benar kata Najwa Shihab bahwa perempuan tak harus memilih karena mereka bisa mendapatkan keduanya. Tekad, keyakinan, serta niat dan juga dukungan dari orang tua yang mengantarkan saya sampai ke titik ini.

Yang diberi amunisi hanya fisiknya namun lupa dengan hati serta otaknya, begitulah ungkapan untuk menggambarkan perempuan-perempuan di daerah saya dan saya sendiri (saat itu). Kebebasan, kesenangan, dan Status sosial dikedepankan ketimbang pendidikan. Banyak anggapan pendidikan itu tidak terlalu penting. Selesai sekolah, entah itu SMA ataupun SMP lebih memilih bekerja ataupun menikah (terutama perempuan). Faham masa lalu bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi - tinggi karena akhirnya hanya mengurus rumah, masih sangat kental di daerah saya. Banyak pernikahan dini yang masih terjadi, baik itu karena dijodohkan, keinginan dari mereka (pasangan) itu sendiri atau bahkan karena faktor-faktor lain. Padahal pada dasarnya perempuan bisa meraih impian dan kesuksesannya, serta memiliki hak yg sama dengan laki-laki.

Seperti halnya sang tokoh emansipasi perempuan R.A. Kartini yang selalu gigih dalam memperjuangkan hak-haknya lewat tulisan-tulisannya. Ia tak pernah menganggap impiannya sebagai hal yang mustahil dan sia - sia. Berkat beliau lah banyak kartini - kartini muda bermunculan saat ini.
Selanjutnya tentang proses bagaimana terbentuknya tulisan receh yang alhamdulillah sudah mampu untuk saya abadikan ini.
*_Sebelum menulis sebaiknya kita membaca terlebih dahulu._ *
kalimat itu yang selalu saya tekankan pada diri saya sendiri dan mungkin juga bisa kalian implementasikan pada diri kalian masing-masing. Karena dua hal tersebut (membaca dan menulis) bagaikan sepasang sendal yang apabila dipisahkan atau salah satunya tidak dikenakan memang masih bisa digunakan namun akan menghilangkan nilai estetikanya dan pasti hasilnya kurang maksimal.
Sebenarnya saya memang sudah suka membaca dan menulis sejak kecil namun karena saya orangnya hiperaktif dan selalu ingin mencoba hal yang baru maka tidak pernah Istiqomah, hehe.
Saat saya mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan menemukan sebuah organisasi yang benar-benar mampu menempa diri saya dan mengingatkan bahkan menumbuhkan hal yang pernah hilang dalam diri saya yaitu membaca dan menulis. Dari dipaksa menjadi biasa dan akhirnya terbiasa. Awal saya ingin menulis terinspirasi dari salah seorang senior saya yang menjadi seorang penulis. Kemudian saya sampaikan kepada dia bahwa saya ingin menjadi seperti dia (menjadi penulis), saya berpikir bahwa hal tersebut mustahil untuk saya lakukan bahkan untuk mengumpulkan ribuan kata dalam buku itu perlu waktu satu tahun. Hehe. Lama ya?
Iya, memang! Karena jadi penulis itu tidak bisa instan. Semua butuh proses yang panjang, biasakan diri untuk berlatih menulis, menulis, dan menulis. Namun jangan lupa membaca😊. Dan menurut saya yang paling sulit itu adalah memantapkan niat, menyelaraskan antara hati dan juga pikiran maupun tindakan, serta meyakinkan diri sendiri bahwa kita bisa melakukan hal tersebut.
Disini tidak ada yang mustahil apabila kita mau berusaha.
Dorongan dari orang-orang tersayang serta sindiran pedas dari senior, membuat saya mampu menyelesaikan tulisan saya. Dalam buku Wa'alaikumsalam Calon Imam, Sebuah Cerpen yang menceritakan tentang lika - liku kehidupan seseorang gadis, baik suka maupun duka. Dilengkapi dengan bumbu-bumbu asmara dari remaja hingga dewasa. Gadis ini bernama Fina yang tinggal disebuah desa. Kalau penasaran sama kisahnya langsung keep dan dibaca ya bukunya, hehe. Sambil promosi gapapa kan ya 😂🙏🏻.
Jadi pada dasarnya tidak ada yang tidak mungkin atau mustahil di dunia ini, selama kita mau berusaha dan tidak takut untuk mencoba. Bagaimanapun keadaan kita, baik kita lahir di desa atau pun kota, keadaan lingkungan bahkan perekonomian kita, laki-laki ataupun seorang perempuan bisa sukses dan berkarya selama mau mencoba dan berusaha. Sekarang yang perlu dirubah bukan apa-apa tetapi diri kita sendiri. Bukan tentang bisa atau tidak, tetapi mau atau tidak.
Keep spirit😍
Dan ingat. Sukses adalah bermanfaat
Baik bermanfaat untuk diri sendiri ataupun orang lain.
Ingat!! Jangan pernah menganggap hal yang belum mampu kita wujudkan sebagai hal yang mustahil. Semua bisa asalkan mau berusaha.

Seperti yang kita tahu bahwa setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda sama halnya dengan kecerdasan. berdasarkan teori Howard Gardner yaitu mengenai multiple intelegensi. Nah Salah satu teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner tersebut yaitu kecerdasan linguistik/ verbal.  Mungkin kecerdasan tersebut sudah tidak asing lagi dalam dunia penulis, dimana bisa dikatakan individu yang memiliki kecerdasan ini sangat pandai menulis, pandai berdebat dll. Apakah individu yang tidak mempunyai kecerdasan linguistik bisa juga menjadi penulis, karena realitanya banyak dari mereka yang dikenal dengan pribadi pendiam tapi mampu berkarya melalui menulis. Tips kepada mereka yang memiliki kecerdasan linguistik/ tidak agar tetap progresif memiliki niat dan mindset untuk tetap berkarya melalui menulis, pada intinya semua orang bisa menulis baik itu yang banyak bicara atau yang pendiam. Intinya belajar, belajar, dan terus belajar. Belajar itu bisa sama siapapun dan dimanapun.
Apakah yg membedakan Tekad untuk berhasil dengan Keinginan dalam pencapaian hasil?
Lantas, Bagaimana dalam menghadapi Takdir, sebab sebuah keinginan melebihi dari semuanya dan itu dikatakan Tidak ada yg tidak mungkin?
Tekad adalah kekuatan dalam diri untuk pencapaian suatu target. Dan pada dasarnya itu sama.
Yang kedua, do'a dan usaha mampu merubah takdir manusia. Dalam hal cita-cita atau keinginan tidak ada yang mustahil selama kita mau dan serius dalam berusaha.
Motivasi utama agar kuat menjadi perempuan adalah saya sendiri dan orang tua tentunya. Orang tua saya selalu berkata "kamu harus lebih dari kita", yang dimaksud lebih bukan hanya tentang pendidikan, namun juga mental dan lain-lain. Nahh! Itulah yang menjadi sumber energi saya untuk bisa selalu kuat🤲🏻. Dan tak lupa kekuatan ini pemberian dari Allah SWT 😬🤲🏻

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

FATIHAH NUR ISTIQOMAH

DIRA ANDRAYANI