*7 Kebiasan Mental yang menjauhkan dari kebahagiaan
*7 Kebiasan Mental yang menjauhkan dari kebahagiaan*
1. Tak memaafkan orang lain
Kebanyakan orang menyamakan memaafkan dengan melupakan sesuatu yang terjadi atau mengatakan bahwa yang terjadi baik-baik saja. Biasanya mereka mengklaim sudah memaafkan seseorang atau sesuatu, padahal faktanya belum.
Memaafkan yang sebenarnya adalah membiarkan diri kita bebas dari kebencian dan dendam karena sesuatu tidak sesuai keinginan atau menerima yang terjadi, dan meyakinkan diri kita layak untuk move on.
Memaafkan tidak berarti mengurangi kesalahan tindakan seseorang. Tetapi membiarkan kita untuk tak lagi merasa sakit karenanya.
2. Tak memaafkan diri sendiri
Kebiasaan mental lain yang harus kita jauhkan adalah tidak memaafkan diri, tidak membiarkan kita bergerak maju dari kesalahan sendiri. Penyesalan, rasa malu, dan bersalah akibat sebuah kesalahan bisa menghantui hidup kita.
Rasa bersalah berlebihan akan memicu pikiran negatif, stres, dan pola pikir pesimis yang akhirnya membuat kita memiliki pandangan yang pahit pada dunia. Ini semua karena kita merasa kita tak layak untuk merasa bahagia.
3. Banyak memikirkan atau tidak sama sekali
Terlalu sering memikirkan sesuatu atau tidak sama sekali, ternyata menyebabkan timbulnya beragam kondisi psikologi yang tidak sehat. Mulai dari rasa panik, self-esteem rendah, hingga perfeksionis.
Terlalu sering memikirkan atau tidak sama sekali, akan membuat pikiran kita seolah lebih nyata. Ini akan membuat pikiran negatif menjadi lebih besar dari kenyataannya. Pikiran kita akan fokus pada sesuatu yang salah ketimbang yang benar, dan ini akan membuat kita melihat keburukan orang lain.
4. Menetapkan standar tinggi pada orang lain
Bila kita selalu merasa kecewa dan terganggu oleh orang-orang di sekitar kita, ini bisa berarti kita tidak diperlakukan sebagaimana selayaknya. Ini juga berarti kita memilih untuk berada dengan orang yang kurang sesuai. Kemungkinan lain, kita menetapkan standar yang tinggi untuk perilaku orang lain tapi tidak kita terapkan pada diri sendiri.
Coba amati apa yang terjadi ketika kita selalu merasa frustasi dengan seseorang. Apakah kita memandang sesuatu secara hitam putih? Apakah kita melihat gambaran sebuah peristiwa secara utuh? Memiliki rasa empati pada orang lain sangat ampuh untuk menghilangkan kemarahan.
5. Tak yakin semua akan membaik
Perasaan tidak berdaya yang parah sangat berbahaya karena akan meningkatkan risiko depresi. Kita akan memandang dunia adalah tempat yang buruk dan tak akan pernah membaik.
Jika kita mau sejenak merenungkan perjalanan hidup kita, akan selalu ada naik turun, tetapi toh kita bisa melaluinya. Selalu ada hal-hal yang patut kita syukuri setiap hari. Memang dibutuhkan latihan untuk melakukannya, tetapi akan selalu ada hal yang kita syukuri.
6. Membandingkan diri dengan orang lain
Di era media sosial ini, sangat mudah membandingkan diri dengan orang lain. Melihat apa yang sudah dicapai oleh teman kita yang berada di atas. Kita lupa bahwa apa yang ditampilkan seseorang di media sosial adalah citra yang ingin ia bentuk. Yang kita lihat hanyalah permukaan.
Mengukur diri sendiri berdasarkan ukuran orang lain adalah subjektif dan hanya memberikan tekanan.
7. Merasa tak punya kendali
Tak sedikit orang yang merasa tak memiliki kendali pada sebuah situasi walau sebenarnya bisa, dan meyakinkan diri sendiri untuk tak mencobanya. Ia merasa tak akan bisa membuat perubahan. Mindset seperti ini misalnya saja dimiliki oleh mereka yang berada dalam hubungan yang abusive atau penelantaran.
Sebenarnya kita bisa meraih kembali kekuatan kendali atas tindakan kita. Makin kita merasakan “kemudi pada kapal” kita, makin kita merasa mampu membangun hidup yang layak untuk kita.
Jangan meremehkan kemampuan diri untuk lepas dari pekerjaan yang tidak disukai, menemukan pasangan yang memperlakukan kita dengan baik, atau membangun perdamaian dengan orangtua yang sudah lama tidak akur.
a) Mampu bertahan : Sudah merupakan sikap seorang psikopat untuk mampu bertahan dalam segala situasi dan keadaan. Seorang psikopat pasti memiliki rencana cadangan / back up plan apabila rencana utamanya tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakannya.
b) Menyerah karena tertekan : Sikap yang mudah menyerah dan gampang patah semangat sangat bertentangan dengan jiwa psikopat yang menyukai tantangan.
#quizpsikologi
*Merebut Pacar Orang Lain*
Menurut David M. Buss, profesor psikologi di University of Texas, mate poaching adalah peristiwa di mana seseorang berusaha menarik atau merayu orang lain yang sudah memiliki pasangan.
Mate poaching dapat berupa menarik target untuk melakukan hubungan seksual yang kasual (one night stand), atau juga untuk berhubungan secara serius.
*Kenapa ada orang yang merebut pacar orang lain?*
Merebut pacar orang lain bukanlah tindakan tanpa alasan, sebab ternyata ada alasan psikologis di baliknya.
Menurut Crystal Hollenbeck, relationship therapist dari H3 Counseling di Orlando, Amerika Serikat, terdapat tiga alasan di balik orang yang berusaha merebut pacar orang lain.
1. Pernah mengalami hubungan abusif
Di beberapa kasus, cewek dengan kepercayaan diri rendah sebelumnya pernah ada di hubungan yang abusif, sehingga mereka enggak lagi percaya sama komitmen.
Sehingga mereka melindungi diri mereka sendiri supaya enggak lagi tersakiti dengan menjalin hubungan yang enggak serius dengan orang yang sudah punya pacar.
Dengan anggapan bahwa orang yang punya pacar hanya mau bersenang-senang tanpa harus terikat hubungan serius dengan mereka.
2. Kepercayaan diri yang rendah
Cewek dengan kepercayaan diri yang rendah biasanya merasa kalau dirinya tidak pantas menjadi kekasih seseorang, karena mereka merasa memiliki banyak kekurangan.
Mereka pun berusaha mendekati orang yang telah memiliki pacar.
Ada rasa kemenangan dan keberhasilan jika mereka berhasil berhubungan atau berpacaran dengan orang tersebut.
Rasa menang inilah yang akan menaikkan kepercayaan diri mereka.
3. Merasa akan mendapat kontrol
Beberapa orang melakukan mate poaching karena merasa memiliki kontrol atas hubungan tersebut, bahwa mereka bisa meninggalkan hubungan itu kapan pun yang mereka inginkan.
Hal ini terjadi karena mereka takut ditinggalkan dan diabaikan.
Peristirwa ini bisa terjadi karena di masa lalu mereka pernah tersakiti akibat ditinggalkan oleh pacar atau diabaikan oleh orang terdekat.
Jadi mereka membutuhkan rasa aman di mana mereka memiliki kontrol pada suatu hubungan.
*Dampak negatif merebut pacar orang lain*
Apa pun alasannya, merebut pacar orang akan berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional.
Berdasarkan riset dan penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi sosial, Joshua Foster, terdapat beberapa dampak buruk dari mate poaching.
1. Kurangnya empati, sehingga tidak peduli dengan keadaan orang lain.
2. Tidak termotivasi, tidak terkontrol emosinya, dan tidak terorganisir.
3. Nasistik, egois, dan merasa diri selalu benar.
4. Sulit terhubung secara emosional dengan orang lain dan mudah merasa terkekang.
5. Lebih suka sendiri, tidak suka bersosialisasi, menutup diri, dan kurang energi.
*Bukan hanya si perebut yang salah*
Terdapat miskonsepsi bahwa cewek yang merebut pacar orang adalah satu-satunya pihak yang salah dalam kejadian ini.
Padahal hubungan dan PDKT bisa terjadi jika dilakukan kedua belah pihak, yakni cewek yang mendekati cowok tersebut dan cowok itu sendiri.
Orang ketiga hadir karena salah satu pasangan memberi celah yang cukup besar pada mereka, seperti adanya konflik yang enggak terselesaikan dengan baik atau merasa tidak puas dengan pasangan.
Jika cowok yang telah memiliki pacar ini menyambut PDKT si cewek dan memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya, cowok ini juga merupakan pihak yang salah.
#Menurutpsikologi
#Meaningfulpschology
Komentar
Posting Komentar