*Daya Tarik Penerbitan Buku
*Daya tarik yang di cari penerbit mayor maupun indie*
Ada tiga tipe penerbitan, SEPERTI mayor, indie dan self publishing alias menerbitkan sendiri. Semua punya kelebihan dan kelemahan.
Penerbit mayor dimiliki oleh perusahaan penerbitan besar, punya nama dan modal cukup yang membuat para penulis berbondong-bondong mengirimkan naskahnya. Bukunya pasti berISBN. Pegawainya saja punya spesialisasi sendiri-sendiri. Ada yang menata letak, desainer, editor, marketing, produksi, distribusi, promosi, semua saling mendukung untuk membuat sebuah buku layak terbit, layak tayang di toko buku, dan layak jual. Selain penulis cuma setor isi, mengenai pemolesan dan percetakan diserahkan semua ke penerbit mayor, faktor ‘mejeng di toko buku’ juga jadi daya tarik utama. Dicetak ribuan eksemplar, supaya bisa mengisi puluhan toko buku dalam jaringannya, boleh muncul di jaringan toko buku lain karena ada divisi distribusi yang dipercaya kehandalannya, plus tayang di website toko buku online. Belum lagi karena sekarang masanya buku digital, penerbit akan mendaftarkan versi digitalnya ke website buku digital. 📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚
Kelemahannya itu☹️ waktu tunggunya lama. Itupun kalau naskah yang kita kirim ditanggapi ya, biasanya sih karena disetujui. Kalau dicuekin biasanya ya memang ngga tertarik merekanya. Biasanya mereka janji dalam waktu 3 bulan akan menanggapi, tapi menurut saya itu buat naskah yang di persimpangan, entah disetujui entah ditolak. Karena kalau naskahnya benar-benar outstanding, langsung ada email mau menerbitkan kok, cuma dalam hitungan minggu. Bayangkan yang masuk ke redaksi ada puluhan naskah setiap hari, setiap naskah ratusan halaman, apa ngga pusing bagi waktunya?
Kalaupun lolos dari seleksi, maka waktu yang lebih lama lagi akan dihadapi. Tapi untuk kali ini rasanya rela ya, soalnya sudah ada kepastian diterima. Ada proses editing, bolak balik pengecekan, penataan layout plus dihias-hias gitu biar makin cantik, lalu penerbit juga harus berhadapan dengan timing, kapan waktu yang tepat untuk menerbitkan buku. Selain itu jadi penulis jaman sekarang ngga bisa duduk manis di belakang meja menanti bukunya laris terjual. Lihat aja kalau di toko buku, begitu banyak buku yang ingin menarik perhatian para pengunjung. Kalau mengandalkan pajangan di toko saja agak susah, kecuali kalau sudah dinanti seperti Harry Potter karena sudah terkenal, atau direview bagus di koran dan media popular. Penerbit juga berhadapan dengan minat membaca buku yang kecil di Indonesia, jadi harus menempuh berbagai cara supaya laris dagangannya.
Mengenai royalti, jangan dibanding-bandingin ya sama JK Rowling yang sekarang jadi kaya.. Sudah menerbitkan tanpa modal, maka royaltinya tentu ngga besar. Penerbit juga harus berhadapan dengan kejadian, ngga semua buku laris. Nah gimana menjaga bisnis tetap jalan, tentu subsidi silang biar bisa terus mencetak buku-buku baru. Menerbitkan buku buat orang baru seperti saya akhirnya menjadi penghasilan tambahan, tapi terutama adalah memperkenalkan eksistensi karya dalam penerbitan nasional. Semoga bukunya bisa berguna bagi yang membutuhkan, menginspirasi rekan lain supaya ikutan nulis juga, meningkatkan minat baca, dan meramaikan perbukuan nasional.📚
Kalau maunya cepat terbit, maka penerbit indie dan self publishing (SP) jadi pilihan. Naskah pasti diterima, karena ngga ada seleksi kecuali sudah dinyatakan sebelumnya, tidak boleh bahas SARA. Untuk penerbit indie ada jasa layouter, designer cover buku dan editor juga, namun mereka bekerjanya ada biayanya. Demikian pula mau cetak berapa juga tergantung modal yang kita punya. ISBNpun dikenai biaya, sebagai ongkos jasa.
Kualitas jilid yang sering menjadi masalah di penerbitan indie dan self publishing, entah apa karena belum tahu teknologinya, atau demi menawarkan harga murah. Editingnya juga tidak seketat penerbit mayor, dan yang jadi masalah utama adalah distribusi. Mereka mempromosikan buku yang mereka cetak di websitenya, Twitternya, dan akun media sosial lain. Jadi buku belum berwujud nyata, karena yang cetak tadi sudah dikirim ke penulis. Padahal yang masuk ke websitenya adalah orang-orang yang ingin mencetak juga karena mereka adalah penulis, dan bukan mereka yang ingin mencari buku untuk dibaca. Demikian juga dengan yang follow akun media sosialnya, kebanyakan ya penulis juga. Di Indonesia memang masih buku fisik yang utama penjualannya, kalau digital berharapnya dapat gratisan 🙂
Masalah kedua adalah soal royalti. Ada yang royaltinya sama dengan penerbit mayor, ada yang lebih besar. Apapun itu, proporsi untuk penerbitnya lebih besar. Jadi penerbit indie baru mencetak jika sudah ada modal dari pembeli, lalu dia sendiri dapat untung, dan sebagian lainnya diserahkan ke penulis. Dalam hal ini penulis hanya mengeluarkan uang saat mencetak, atau saat ambil paket penerbitan. Buku yang didapatkan kemudian dijual langsung oleh penulis, ngga usah mikir royalti karena modal cetak dan keuntungan semua untuk penulis. Kalau mau dapat banyak, ya cara pemasaran mesti kreatif dan tahan malu 🙂 Kadang penulis kan maunya nulis aja di belakang..eh, atas meja dan gengsi untuk memasarkan. Nah penerbit mayor yang distribusinya kemana-mana saja mendorong penulisnya untuk memasarkan, apalagi yang diterbitkan indie begini, yang hanya mengandalkan internet.
Meski harus keluar uang, royalti sedikit dan promo terbatas, penerbit indie tetap jadi incaran. Kalau melihat website penerbit indie yang terkenal, mereka memajang buku-buku yang diterbitkan mereka yang kemudian dilirik penerbit mayor atau malah jadi film. Jadi dengan penerbit indie semua beres, dan membantu penulis agar bukunya bisa dan layak terbit.
Alternatif lainnya adalah self publishing (SP). Sama seperti indie, naskahnya tidak diseleksi, mau pakai jasa layouter, editor atau designer juga boleh, dengan biaya tertentu. Kalau mau paket hemat, ya lakukan saja semua sendiri. Editingnya mesti sabar, karena memeriksa tulisan sendiri itu penulis cenderung seenaknya. Layout ya download aja template dari website penerbit indie, meski hasilnya ngga sesempurna hasil cetakan penerbit mayor. Cover buku bisa dibuat di banyak website khusus desain, tinggal mengumpulkan gambar atau foto yang cocok, sekaligus memperhatikan biasanya cover buku-buku itu layoutnya gimana sih.
📚Penerbit SP ini intinya mencetakkan buku, bukan menerbitkan. Meski ada juga yang ngurusin ISBN, tapi bentuknya hanya jasa, bukan ikatan. Jadi setelah itu mau cetak di percetakan lain juga bisa. Semua buku dikirim ke kita, silakan dipasarkan sendiri dan ambil semua pemasukan sendiri. Cara yang sama jika penerbitan dilakukan oleh penerbitan indie.📚
Singkatnya kalau kirim karya ke penerbit mayor, pilih yang punya jaringan distribusi ke toko buku karena disanalah sumber pendapatan utama. Caranya cek aja di toko buku yang berbeda, yang dipajang dari penerbit apa. Kalau mau pakai penerbit indie, pilih yang kualitasnya bagus, serius menjalani bisnis, dan usaha pemasarannya sudah menunjukkan hasil. Misal ‘alumni’nya jadi terkenal, atau websitenya banyak dikunjungi. Untuk penerbit SP faktor kuncinya adalah profesionalitas dan biaya.
Semoga wawasan saya soal penerbit ini bisa menjawab pertanyaan teman-teman soal menerbitkan buku.
*Penerbit Indie sebagai Nafas Baru*
Penerbitan indie yang marak, paling tidak bisa menjadi kompetitor alami dari penerbit mayor. Sebab penerbit indie cenderung lebih gencar untuk melakukan penetrasi pasar. Maka fenomena penerbit mayor yang mulai merangkul penerbit indie yang biasanya berasal dari komunitas penulis amatir menjadi sesuatu yang menggembirkan. Sebab dengan seperti itu, mereka akan tetap bisa eksis mempertahanka jaringan penerbitannya. Toh, penerbit mapan ini biasanya memiliki toko buku sendiri. Tentu tokonya ini perlu isi yang bisa berganti terus setiap waktu tertentu.
Simbiosis mutualisma inilah yang tiga tahun terakhir begitu marak. Tak pelak, masyarakat baca dan penulis semakin bersemangat untuk menyebarkan ‘virus baca’ di masyarakat.
Sebagai penulis siapa sih yang tidak ingin naskahnya diterbitkan penulis? Sepertinya itu menjadi salah satu mimpi yang dimiliki semua penulis deh. Naskah yang nantinya berbentuk bisa buku bisa dinikmati banyak orang. Apalagi jika kalian masih penulis pemula. jika naskah kalian bisa diterima oleh penerbit baik minor ataupun mayor, pasti hal tersebut hal paling membahagiakan bagi penulis pemula.
Namun perjalanan hingga buku diterbitkan ini bukan perkara mudah lho. Pada kenyataannya, tidak semua penerbit berani menerbitkan karya seorang penulis pemula. Apalagi bila penulis pemula itu belum memiliki ‘nama’ atau teruji kualitas tulisannya. Namun jangan bersedih, buat kalian yang masih terhitung penulis pemula tidak perlu berkecil hati apalagi galau. Tenang meski nanti kalian mengalami sebuah penolakan dari penerbit, hal tersebut bukan menjadi akhir dari perjalanan.
justru harus semangat kembali dan memperbaiki naskah supaya penerbit mau menerima. Lantas, hal apa yang sebaiknya dilakukan oleh penulis pemula agar tulisannya diterbitkan oleh penerbit mayor ataupun minor?
Pada dasarnya naskah penulis pemula yang ditolak itu bukan berarti tidak bagus atau tidak menjual di pasaran. Hanya saja seorang penulis pemula perlu memiliki strategi agar naskahnya bisa diterbitkan. Buktinya ada lho penulis pemula yang berhasil menerbitkan skripsinya menjadi sebuah buku di suatu penerbit.
Sebagai penulis pemula supaya naskah kalian diterima oleh penerbit maka kali ini kalian harus memiliki strategi menerbitkan naskah di penerbit minor maupun mayor.🤩
Tentukan Tema dan Genre
Tema dan genre hal yang paling penting dalam penulisan sebuah naskah, karena kedua unsur tersebutlah yang akan mengarahkan tujuan tulisandan apa yang ingin kalian sampaikan ke pembaca.
Misal, kalian ingin membuat novel ber-genre romance, maka tema yang kalian pilih adalah tema percintaan seperti jatuh cinta atau patah hati.
Buat Kerangka Tulisan
Ketika kalian ingin membuat kue, kalian pasti akan bingung jika tidak mempunyai resep, karena tidak ada ‘guide’ yang menuntun membuat kue tersebut sampai berhasil. Begitu pula dengan menulis buku atau novel.
Buat daftar isi dan tentukan hal-hal apa saja yang akan kalian bahas dengan sistematis, yaitu dari bab awal, pertengahan sampai akhir ditempatkan dengan benar dan berkesinambungan.
Kumpulkan Referensi Sebanyak Mungkin
Baca, baca dan baca! Writers are readers. Jadi jika kalian adalah penulis seharusnya kalian adalah seorang pembaca yang baik. Jangan sampai setiap kalian berhenti setiap menulis satu paragraf karena referensi yang butuhkan belum disiapkan.
Akan menjadi sangat mudah jika kalian sudah ‘memegang’ referensi terlebih dahulu. Jika tulisan kalian sedang ‘mandek’ kalian bisa membuka buku atau sumber yang sudh di baca kembali dan mengambil beberapa ide dengan tema yang sama.
Waktunya Menulis
Tidak perlu memaksakan diri untuk bisa menulis sebanyak 1 bab dalam satu hari, cobalah dengan target 300 kata per hari terlebih dahulu. Jika sudah mulai terbiasa, tingkatkan target tulisan sampai 500 kata per hari, 800 kata per hari hingga bisa mencapai 1 bab per hari nantinya.
Pastikan juga EYD yang di gunakan benar dan gaya penulisan sesuai dengan sasaran pembaca. Jika ada kata yang jarang terdengar atau dari bahasa asing, kalian bisa mencantumkan penjelasannya di bagian bawah agar pembaca tidak bingung. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengetahui kata asing tersebut.
Jangan lupa untuk melengkapi naskah kalian dengan daftar pustaka sebagai rekapan referensi yang kalian punya. Tak ketinggalan cantumkan identitas diri agar penerbit bisa melacak profil kalain dan buatlah surat pengantar pengajuan naskah.
DAN SELANJUTNYA AGAR BISA DI TERIMA DI PENERBIT 🤩
Kerapian Naskah
Kerapian naskah juga lebih disukai penerbit. Siapa sih yang tidak suka membaca naskah yang rapi? Setelah menulis buku atau novel, jangan lupa review dan edit kembali tulisan kalian. Hal ini akan membantu editor untuk jika ada kesalahan ketik (typo) atau kalimat yang kurang enak dibaca. Ikuti aturan penerbit tujuan kalian dalam format pengirimannya seperti ukuran kertas, margin, jenis dan ukuran huruf.
Sinopsis yang Menarik
Bukan hanya foto atau gambar yang bisa membuat mata ingin melihatnya terus menerus, sinopsis juga mempunyai daya tarik yang besar agar editor menerima naskah. Sinopsis menceritakan garis besar sebuah naskah.
Berikan sinopsis yang jujur mengenai naskah dan jangan menggunakan kata-kata yang berlebihan apalagi menggantung seperti blurb dalam sampul belakang buku. Tiga halaman sinposis saja sudah dianggap cukup sebagai langkah awal untuk mengenalkan naskah buku atau novel yang berjumlah ratusan halaman. Intinya, jangan terlalu menceritakan panjang lebar, cukup poin-poin naskah saja.
Riset Penerbit yang Cocok
Saat naskah sudah siap, saatnya kalian mencari penerbit yang sesuai dengan naskah kalian. Di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali jenis penerbit, mulai dari penerbit mayor, penerbit indie, self-publishing sampai trend yang sedang banyak diperbincangkan oleh banyak penulis saat ini adalah penerbit crowdfunding. Setiap penerbit mempunyai jenis naskah tersendiri yang akan mereka terbitkan.
Setelah melakukan semua tips menulis buku atau novel di atas, kalian bisa langsung mengirimkan naskah ke penerbit tujuan kalian. kalian bisa mengirimkannya melalui pos, email atau langsung di dalam website penerbit seperti Deepublish. kalian bisa berkonsultasi melalui website nya sekaligus melampirkan naskah kalian dengan mudah. Deepublish melayani penerbitan selfpublisher yang dapat mendukung kalian menerbitkan buku yang di tulis.
Melalui Penerbit Mayor
Di Indonesia ada beragam jenis penerbitan yang bisa kalian coba. Jika kalian tertarik untuk menerbitkan buku, kalian bisa mencoba mengirimkan naskah ke penerbit mayor maupun minor. Cara pertama adalah mengirim naskah ke penerbit Mayor semacam Gramedia, Bukune, Gagas Media, Bentang Pustaka, Diva Press, Penerbit Andi dan lain-lain. Tapi menawarkan naskah ke Penerbit Mayor harus siap dengan risiko penolakan. Penerbit jenis ini sangat selektif dalam memilih naskah yang akan dibukukan. Bahkan mungkin jauh lebih banyak naskah yang ditolak daripada yang diterima.
Agar naskah diterima, syaratnya adalah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh penerbit Mayor yang dituju. Tentang berapa maksimal jumlah halaman, genre apa yang diterima, dikirim melalui email atau via pos, dan berbagai persyaratan lainnya. Dan tiap-tiap Penerbit Mayor memiliki persyaratan yang berbeda-beda. Syarat dan ketentuannya bisa dilihat di website mereka.
Karena sangat selektif dan banyaknya naskah yang masuk, Penerbit Mayor akan sangat lama memberikan jawaban atas nasib naskah yang dikirim apakah layak diterbitkan atau tidak (ditolak). Biasanya penulis akan dikabari antara 4 sampai 6 bulan sejak naskah dikirim.
Memilih Indie Publishing, Kenapa Tidak?
bagaimana jika naskah ditolak? Jangan putus asa jika karya berharga kalian terus ditolak penerbit-penerbit Mayor, tawarkan saja ke penerbit Minor dijamin pasti akan terbit dalam waktu yang tidak terlalu lama! Penerbit Minor alias Penerbit Indie, memang tidak pilih kasih dalam mencetak naskah. Asal tidak melanggar hukum misalnya menjelek-jelekkan SARA dan mengandung pornografi, naskah bergenre apapun dapat diterbitkan.
Bedanya, memang kalian harus menanggung sendiri biaya produksi. Kemudian buku tersebut juga tidak akan diedarkan di toko-toko buku besar. Buku-buku keluaran penerbit Indie kebanyakan hanya dijual secara online oleh penerbit dan sang penulis. Kadang ada juga yang dititipkan di toko-toko online seperti Tokopedia, Bukalapak, OLX, dan sebagainya. Ada juga yang dijual dalam bentuk ebook di play store.📚
Tapi jangan berkecil hati walaupun buku terbit di bawah label Indie. Bisa merangkai kata hingga berlembar-lembar, kemudian menerbitkannya menjadi sebuah buku, adalah sebuah prestasi yang tidak semua orang mampu melakukannya. Banyak kok buku-buku Indie yang kualitasnya melebihi buku produksi Penerbit Mayor. Tidak sedikit juga penulis-penulis yang memilih Penerbit Indie untuk membukukan karya-karya mereka, walaupun sebenarnya punya kans menerbitkan di penerbit Mayor.
Melalui indie publisher Anda juga bisa dibantu untuk mengurus ISBN (International Standard Book Number) yang nantinya dicantumkan di sampul belakang dalam bentuk barcode. Dengan adanya ISBN membuat bukumu akan diakui secara internasional dan tersimpan dalam arsip perpustakaan nasional hingga limapuluh tahun ke depan.
Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak menerbitkan naskahmu di zaman yang serba mudah ini. Demikian ulasan tips menulis naskah bagi pemula. Semoga bermanfaat!
Siapa yang tidak ingin tahu menerbitkan buku? Banyak orang yang berusaha menerbitkan buku dengan berbagai motivasi. sayangnya tidak sedikit penulis yang belum berhasil menembus penerbit buku.
Baik karena naskahnya mandeg di tengah proses penulisan atau naskah belum memenuhi kriteria penerbit buku. Pada awal menulis, jika memang berniat untuk menerbitkan buku maka harus menentukan siapa segmen pembaca dan apa tujuan penulisan naskah buku. Tidak lupa membuat target yang masuk akal sehingga kita tahu kapan buku akan selesai.
Menulis buku memerlukan waktu yang tidak sebentar, ada banyak godaan mulai dari malas, ide mandeg, mood yang tidak baik, sehingga dibutuhkan komitmen dan disiplin diri yang baik untuk menulis secara rutin. Meskipun demikian, jangan terlalu membuat target yang muluk-muluk yang justru akan membuat beban pikiran sehingga malas-malasan untuk menulis. Akhirnya usaha menerbitkan buku hanya menjadi angan semata.
Ada banyak cara untuk menerbitkan buku, melalui self publishing atau penerbit mayor. Masing-masing pilihan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Berbicara tentang penerbit buku, pada prinsipnya berbicara tentang proses bisnis. Dimana ada banyak pihak yang terlibat dalam industri penerbitan. Dibutuhkan keuntungan (profit) agar perusahaan dapat tetap berjalan. Dengan demikian ketika naskah buku dikirim kepada penerbit buku tidak serta merta semua naskah dapat diterbitkan.
Ada seleksi terhadap naskah yang dikirim. Salah satu penilaian penerbit terkait naskah buku adalah berkaitan dengan topik. Apakah Apakah topik menarik, cukup dicari di pasaran atau sudah banyak ditulis namun beda dengan yang lainnya.
Semakin besar potensi buku untuk diterima oleh pembaca, maka peluang buku terjual di pasaran semakin besar. Hal ini berarti akan memberikan keuntungan bagi penerbit buku, atau justru sebaliknya. Penulis harus pandai memilih topik menarik yang dapat diterima oleh pembaca sebelum menerbitkan buku.
Penulis harus kreatif dalam menulis naskah sehingga tidak hanya mampu menangkap topik yang menarik tapi juga mampu menjadi pembeda. Pembeda dapat dilakukan dengan menulis dari sudut pandang yang berbeda atau pembeda dari sisi penyajian. pembeda yang dapat kita terapkan dalam menulis naskah buku
1. Sudut pandang, menjadi pembeda dengan menyajikan topik yang sama dengan sudut pandang yang berbeda dari penulis lainnya.
2. Penyajian naskah, banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyajikan naskah lebih menarik dan berbeda dengan penulis pada umumnya. Misalnya membuat penyajian naskah yang lebih mudah dipahami oleh pembaca dengan menggunakan gambar, bagan, grafik, pemilihan diksi yang lebih sederhana. Selain itu, variasi penyusunan kalimat serta desain yang lebih menarik juga dapat diterapakan untuk menjadi pembeda dalam penyajian naskah.
3. Referensi, data dan fakta. Melakukan riset yang mendalam sebelum menulis naskah sehingga memunculkan data, fakta, dan referensi yang lebih baru serta belum banyak diketahui oleh pembaca dapat menjadi pembeda yang menonjol dalam menulis naskah buku.
4. Pengalaman dan contoh. Setiap penulis memiliki pengalaman baik empiris maupun praktis yang berbeda-beda terkait dengan topik yang ditulis. Hal ini dapat menjadi pembeda dalam menulis naskah meski dengan topik yang sama. Selain itu, pengalaman yang berbeda akan memberikan contoh dan perbandingan yang berbeda yang semakin memperkaya isi naskah.
Uji Kelayakan Isi Buku
Ketika menentukan topi, materi sudah siap, sudah menetukan judul, segmen pembaca, serta tujuan penulisa, maka agar peluang naskah semakin besar untuk diterima penerbit, perlu melakukan ujia kelayakan isi buku. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melihat kelayakan isi buku.
Asas manfaatnya . jadi Apa manfaat penulisan buku bagi pembaca. Setidaknya ada tiga poin penting berkaitan dengan asas manfaat yang harus diperhatikan (1) manfaat pengetahuan yang baru – tentang apa saja; (2) memiliki uraian keterampilan/skill yang praktis dan bisa diikuti, seperti membatik, memasak, merajut, membuat desain, dsb; (3) memberikan solusi terkait dengan masalah yang ada, misalnya: cara menanam padi di lahan kering dengan hasil sama baiknya dengan menanam padi di lahan basah yang memiliki persediaan air.
Menerbitkan buku melalui penerbit buku proses bisnis dengan produk yang dijual berupa buku. Sebagai penulis harus pandai memilih topik yang sedang tren serta memiliki kreativitas dan sudut pandang yang menjadi ciri khas dibanding penulis lain. Hal ini akan menjadi pembeda, sehingga naskah lebih berpeluang diterima oleh pembaca dan juga penerbit. Selamat berkarya, 📚selamat menulis.✍️
NAH Bagaimana cara penulis agar naskahnya tembus penerbit mayor?
1. Sertakan Sinopsis Utuh atau Outline
2. Sertakan Keunggulan Naskah
Keunggulan seperti apa yang harus ditunjukkan?
Bisa dari keunikan tema yang diangkat, karakter tokohnya, gaya penulisan, dan lain sebagainya. Semua itu seharusnya sudah dipikirkan oleh penulis sejak merancang konsep buku yang akan ditulis.
3. Sertakan CV Penulis
4. Tunjukkan Attitude atau Etika yang Baik
Terkait attitude kepada editor/penerbit
Attitude bermedia sosial
CONTOH YA GUYS Attitude bermedia sosial. Jika kita menulis buku islami, tentu akan sangat fatal jika perilaku bermedia sosial kita tidak mencerminkan sikap islami. Sering berujar kebencian misalnya, atau menulis status galau yang secara tak sadar menunjukkan bahwa kita tak benar-benar mengenal siapa Tuhan kita. Duh, jangan sampai ya, Gaes..
Misalnya ketika mengirimkan naskah tentunya disertai surat pengantar. Atau beberapa paragraf basa-basi menjelaskan maksud pengiriman naskah. Apa jadinya kalau kita kirim naskah melalui email tapi tidak menyertakan ulasan pengantar di badan email? Penerima email pasti nggak akan tahu file apa yang masuk ke inbox email mereka.
Jika tujuan kalian menerbitkan buku karena passion, maka menerbitkan buku di Penerbit Indie lebih efektif dan efisien
Menulis buku di Penerbit Indie ternyata lebih menjanjikan dan menguntungkan. Teruntuk bagi kalian yang tengah bimbang menerbitkan buku. Ternyata menerbitkan buku secara mandiri justru lebih menguntungkan. Kenapa? Karena penulis dapat memperoleh keuntungan/royalti lebih besar seperti penghargaan bagi penulis dan 🤩 diskon beli buku untuk penulis
SAYA BERI GAMBARAN YA UNTUK PENERBITAN
menerbitkan buku secara indie.🤩✍️boleh lah di katakan seperti itu gak ruwet mudah dan praktis
• Sistem Pre Order
Secara opersional, menerbitkan buku di penerbit indie lebih efektif dan efisien. Sayangnya, banyak yg masih belum dipahami oleh banyak orang. Banyak yang beranggapan bahwa menerbitkan secara indie dan mayor lebih diuntungkan secara mayor. Kenyaaannya juga tidak demikian. Penulis indie juga tetap bisa merasakan keuntungan dengan sistem ini.
Cara menguntungkan menerbitkan secara indie dapat dilakukan dengan sistem Pre Order (PO). Sistem Pre order hanya mencetak buku berdasarkan permintaan. Beda dengan penerbit besar yang mencetak dalam jumlah besar, jika buku tidak laku, maka buku-buku tersebut akan diretur, sehingga terjadi penumpukan di gudang buku. Jika buku yang di retur banyak, itu berarti banyak buku yang tidak laku dan menyebabkan pembengkakan.
🥳📚🤩NGERTI TO😆💪‼️
• Siapa Pengguna Penerbit Indie
Ada yang bilang penerbitan PoD dengan sebutan penerbit indie. Lantas, siapa pengguna jasa PoD? Sebenarnya Penerbit indie tidak di khususkan untuk kalangan tertentu. Semua orang berhak menggunakan jasa ini. Hanya saja, sampai detik ini persaingan dunia perbukuan, khususnya di kalangan penerbit lebih ketat. Maka banyak penulis-penulis yang lari ke penerbit indie.
🤩💪🥳📚
• Apa kelebihan Penerbit Indie?
Kelebihan penerbit indie secara teknis diproses lebih cepat. Prosesnya tidak berbelit-belit dan tidak mengantri lebih lama. Jika menerbitkan di penerbit mayor keputusan naskah diterima atau tidak memakan waktu 3 bulan bahkan ada juga yang setahun baru memperoleh konfirmasi. Khusus jasa penerbitan di Penerbit Deepublish, secara teknis lebih murah. Karena dari teknis layout naskah dan ISBN tidak dibebankan harga, melainkan gratis.
Keluwesan Mencetak Buku
Menerbitkan buku dengan jumlah berapapun pasti akan dilayani. Inilah kelebihan dari penerbit indie. Jadi, semisal kalian ingin mencetak 5 naskah, tetap akan dilayani. Bahkan jika kalian ingin mencetak lebih dari 500 eksemplar pun anda tetap bisa lakukan. Kunci utama dari cetak Indie adalah, kalian dapat mencetak buku sesuai dengan banyak uang yang Anda miliki intinya 5/6 buku.
Proses percetakan pun tidak dibatasi waktu. Misal, bulan ini ingin mencetak 5 eksemplar buku. Dua bulan kemudian Anda juga ingin mencetaknya. Maka semua ini boleh-boleh saja. Dengan kata lain, bebas memutuskan kapan dan berapa jumlah buku yang ingin di cetak, semua keputusan bergantung pada keputusankalian.
•Berapa Biaya Cetak Menerbitkan Secara Indie📚💪
Biaya cetak menerbitkan buku di penerbit indie bervariatif. Lagi-lagi menyesuaikan isi dompet yang kalian miliki. Jika kalian hanya mamiliki uang sejumlah 300.000,- Anda bisa menerbitkan buku dengan badget tersebut. Nah, Selama proses penerbitan buku, ada beberapa hal yang Anda perhatikan, terkait dengan biayannya ada beberapa elemen.
Harga cetak buku sesuai dengan JUMLAH HALAMAN tergantung dari jumlah eksemplar yang ingin dicetak, tergantung jumlah halaman, jasa editing naskah, jenis ukuran kertas, layout, ISBN dan full color atau hitam putih. Khusus di Penerbit Deepublish jasa desain cover, layout, proof reaad, editing naskah, registrasi nomor ISBN dan cetak dummy Anda peroleh secara gratis. Sedangkan di penerbit lain masing-masing dibebankan jasa sendiri-sendiri. Jika KALAIN tertarik ingin menerbitkan buku di tempat SAYA LITERACY WITH MUZAYYANAH SA'DIYAH dan penasaran perkiraan biaya cetak, bisa menghubungi SAYA YA🥳🤩
Sistem Penjualan di Penerbit Indie
Hal yang sering ditanyakan saat menerbitkan di penerbit indie sistem penjualannya. Karena sistemnya berbeda dengan penerbit mayor, maka penjualan buku yang kalian terbitkan penjualannya diserahkan kepada penulisnya.
Misal Pak Irvan seorang dosen Psikologi menerbitkan buku ajar secara Indie, sejumlah 100 eksemplar. Pak Irvan pun menjual buku karyanya ke para mahasiswanya, sebagai pedoman buku ajar di kelasnya. Dari hasil penjualan buku tersebut, Pak Irvan memperolah keuntungan lebih besar dibandingkan penulis yang menerbitkan buku di penerbit mayor.
Khusus penerbit Deepublish, selain penulis buku yang menjual karya bukunya. Penerbit Deepublish juga ikut membantu memasarkan buku penulis. Hasil penjualan buku yang Deepublish jual, akan disetorkan kepada penulis. Penjualan buku Deepublish fokus diterbitkan melalui marketplace. (Elisa)
Itulah beberapa hal yang sering menjadi pertanyaan calon penulis terkait menerbitkan buku secara indie. Sekedar mengingatkan saja, keputusan ada ditangan kalian, apakah ingin mencetak secara indie, atau secara mayor😆‼️‼️. Kembali lagi juga pada niatnya. Jika tujuannya mencari prestige, maka pilihannya adalah peneribit mayor. Jika tujuan kalian🤩 menerbitkan buku karena passion, maka Anda bisa memilih penerbit indie🤩.
Menerbitkan Buku Yang Akan Mewujudkan Mimpi KALIAN UNTUK Menjadi SEORANG Penulis🤩‼️📚💪🥳
Itulah beberapa cara menerbitkan buku yang bisa teman-teman pilih salah satu atau boleh juga kalau mau ketiga-tiganya BOLEH 😆😆😆‼️
Semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Komentar
Posting Komentar